Romansa Seorang Santri
Hari yang melelahkan ketika mengikuti
kegiatan pondok setiap hari. Mulai dari bangun subuh hingga sore menjelang
tanpa sekat untuk berbuat suatu keburukan tapi inilah jalan hidup yang telah
kupilih awal sebelum memulainya. Sore dengan panasnya yang khas, aku duduk –
duduk sambil melihat suasana pondok dan seseduh kopi didekatku tak terasa aku
telah empat tahun menjalani di pondokku tercinta ini, sungguh apa yang aku
peroleh aku pun tidak tahu… tapi satu hal yang aku tahu yaitu berusaha menjadi
baik dan membahagiakan orang-orang di sekitarku, itulah yang kudapatkan selama
empat tahun nyantri. Sambil menyeruput kopi teringat seorang teman angkatan
yang mengatakan bahwasannya hidup itu Cuma sekali dan buatlah yang manfaat …,
aku menyesali diriku sendiri mengapa aku tidak bisa diharapkan oleh orang-orang
di sekitarku tapi satu yang kuingat aku harus menjadi lebih baik untuk
bermanfaat di sekitarku tapi bukan untuk dimanfaatkan , komentar –komentar
kuterima dengan baik, kadang aku tidak suka sehingga aku keluarkan jurus
ngglibetku untuk menangkis komentar yang tidak sedap didengar olehku, memang
menilai orang itu mudah tapi menilai diri sendiri itu yang sulit, sebenarnya
komentar apapun itu pasti kupikirkan sebaik mungkin untuk menjadi lebih baik.
Sambil menyeruput kopi akupun teringat sebuah
kisah cinta pertamaku ketika sebelum nyantri, memang di pondok tidak ada sekat
untuk memikirkan hal seperti itu dan memang mustahil untuk memikirkan dan mendapatkan
seorang pendamping hidup, Dia yang pernah mengisi hatiku namanya Laila
Istiqomah sungguh indah namanya… dengan gayanya yang khas membawa tas dan
berkerudung pink subhanaallah itulah yang kuingat pada dirinya, ketika itu aku
masih duduk di bangku SMP kelas tiga, pada saat itu aku keluar bercanda dengan
temanku tiba-tiba ada seorang perempuan berkerudung pink tampak dari kejauhan
membawa sepedah untuk pergi pulang aku pun langsung tersentak berhenti untuk
mengamatinya mulai dari ujung kepala hingga kaki dan berjalan entah itu apa
dulu memang aku tidak tahu yang namanya cinta atau semacamnya kuikuti arah
pulang hingga di depan rumahnya kemudian aku pulang. Esoknya pun kulakukan lagi
perbuatan ku itu memang hal-hal yang bodoh, tapi aku tidak tahu ketika
melihatnya hatiku berdebar kencang, kemudian aku mulai mencari informasi pada
teman sekelasku tapi … gossip jelek pun mengarah padanya tapi aku tetap
bertahan untuk mempertahankan pendapatku, lebih baik aku tidak tahu jelekknya
untuk menjaga rasa di dalam hati ini,
selama setahun aku hanya bisa memandang dari jarak jauh dan memendam rasa,
ketika itu belum sempat kungkapkan perasaanku pada dirinya. Tapi ada sebuah
kesempatan untuk mengungkapakan perasaan, memang sulit untuk mengungkapkan
sebuah rasa, sebuah kesempatan itu datang yang tidak disengaja, di sekolahku
diadakan sebuah ujian sekolah untuk pelajaran kesenian kemudian dalam satu
kelas di tugaskan untuk membentuk beberapa kelompok musik dan ternyata tak di
sangka grup band kami yang terpilih untuk mewakili kelas, tapi sebelum memulai
audisi/ujian sebenarnya aku tidak bisa menggunakan alat music apapun tetapi
berkat temanku akupun sedikit bisa memainkan sebuah instrument musik.

Tak tersadar kopiku habis … dan tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan
ku dari belakang dia adalah Adi temenku pondok kemudian dia mengajakkku pergi
ngaji di masjid …
Tobe continued
by :fahimroyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar