Secangkir kopi untuk santri
Santri
merupakan seorang yang mencari ilmu agama (identik dengan agama islam). Tidak sedikit
orang yang berpikir bahwa, santri adalah orang yang berpikiran kolot tidak tahu
teknologi di karenakan kehidupannya didedikasikan untuk menuntut ilmu agama. Tapi
kenyataannya memang berbeda banyak santri pemikirannya lebih cerdas, inofatif,
dan sosial. Sedangkan masalah teknologi itu tergantung santrinya.
kemudian santri identik dengan kopi, santri tanpa kopi, bagaikan sayur tanpa garam sehingga dapat dikiaskan Pondok tanpa warung kopi seperti rumah tanpa kamar mandi . manfaat warung kopi bagi santri :
kemudian santri identik dengan kopi, santri tanpa kopi, bagaikan sayur tanpa garam sehingga dapat dikiaskan Pondok tanpa warung kopi seperti rumah tanpa kamar mandi . manfaat warung kopi bagi santri :
1.
Mengakrabkan
santri senior dengan santri junior (NB : karena tempatnya kecil sempit) ya..
mau nggak mau harus ngobrol.
2.
Tukar pengalaman
dari daerah masing- masing.
3.
Sebagai
wadah untuk membolos.
Nahhh
itu tadi manfaatnya dan kekurangan dari warung kopi yaitu : tidak ada
kekurangan ….
Ada
sebuah cerita ketika aku dan temanku ngopi di depan pondok, ada seorang santri
yang bernama slamet, ketika itu slamet lagi malas untuk pergi ngaji bandongan
ba’da magrib di masjid, biasanya sebelum ngaji bandongan dimulai ustad-ustad
mulai mengoprak-oprak (memperingatkan) ke kamar-kamar biar berangkat ke masjid
semua. Tetapi slamet lagi malas untuk pergi mengaji … nahhh…. timbullah ide
cemerlang dari otak slamet yang cerdas … , begini kronologisnya ustad-ustad
masuk ke blok kamar belakang, nahhh kamar slamet di blok tengah agar tidak
curiga salmet berangkat duluan sebelum pengoprakan sampai di blok tengah kemudian
slamet langsung ke warung kopi di depan pondok karena tempat warung kopi dan
masjid searah … (wahhh cerdas pikiran slamet). Sesampai di warung kopi,
Slamet
: “mak, kopi ireng siji mak ?” .(bu,
kopi hitamnya satu bu ?)
Makwek
(mak sing tuwek) : “iyo nak…. !, lho nak sampeyan mboten ngaji nak ?”.
(iya nak , ... !, lho nak kamu tidak masuk belajar ya ?)
Salmet
: “sik
males, mak !”. (masih malas, mak!)
Makwek
(mak sing tuwek) : “ojo ngunu to nak
ngaji yo ngaji digawe sangu urip” .
(jangan begitu nak belajar ya belajar buat
bekal hidup).
Slamet
: “ooo iyo mak !” . (ooo iya bu !)
sambil beberapa sruputan (tegukan) kopi
Selang
beberapa menit tiba-tiba slamet kaget terperanjat dari kejauhan terlihat ada ustad yang mau ngopi. Dengan beberapa
jurus slamet menenggak habis kopinya dan langsung bersembunyi di tempat cucian
piring di warung kopi ,
Slamet
:
“mak, menengo yo lek aku neng kene”. (bu, jangan diomongkan ke ustad kalo saya
disini). sambil membisikkan ke makwek
Makwek
(mak sing tuwek) : iyo ndeliko neng kene. (iya, bersembunyilah disini).
Kemudian
ustadnya datang, duduk di kursi teras sambil memesan kopi.
Ustad
(masih muda) :” mak, kopi
ireng ! “. (“bu, kopi hitam!”.)
Makwek
(mak sing tuwek) : “iyo nak !”. sambil membuat kopi. Beberapa menit
Ustad
(masih muda) :”………………..”. dengan
ekspresi lingak linguk (tengok kanan kiri)
Makwek
(mak sing tuwek) : “lho nak, sampeyan
mboten melu ngaos kaleh pak yaine ?”. sambil memberikan kopi.
Ustad
(masih muda) : sik
kesel mak, mari ngoprak-ngoprak bocah-bocah ndek masjid. (sambil menerima dan
mencicipi kopi)
Kemudian
dengan lantang tapi dengan Nada halus salamet berkata :
“Ojo
ngunu to nak …. Ngaji yo ngaji digawe sangu urip !”. (jangan begitu nak belajar
ya belajar buat bekal hidup).
Kemudian
slamet langsung kabur lewat pintu belakang dan ustadnya tersedak kopi … hekkk …
dan kaget melihat slamet kabur dari kejauhan ….
by : fahim royani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar